Asesmen terbatas disebut sebagai penilaian subyektif dan
obyektif. Assesmen respon terbatas bersifat subyektif karena pada proses
mengkonstruksi/membuat soal, ketika soal-soal tersebut ditulis atau dipilih
sebagai tes, seseorang telah membuat
penilaian subyektif terhadap makna dan pentingnya materi yang akan diujikan (Bahriah, 2012).
Dalam mengembangkan Assesmen respon terbatas, kita harus
mempertimbangkan faktor-faktor konteks assesmen dan kemudian mengembangkan tes
yang sebenarnya. Kita harus mempertimbangkan faktor-faktor konteks sebelum
mengembangkan format-format respon terbatas. Faktor-faktor konteks tersebut
meliputi (1) memastikan bahwa siswa memiliki level kecakapan membaca yang cukup
tinggi untuk dapat memahami tes, (2) Tes berkualitas tinggi telah dikembangkan
dan tersedia untuk digunakan, (3) Jumlah siswa yang akan dinilai cukup
besar, (4) Cakupan sasaran prestasi luas, (5) Waktu yang memungkinkan
siswa untuk merespon semua soal tes, dan (6) Dukungan komputer tersedia untuk
membantu pengembangan soal, penyimpanan soal, pencetakan soal, dan penskoran (Bahriah, 2012).
Bahriah (2012)
mengungkapkan bahwa asesmen esai menghendaki peserta didik untuk
mengorganisasikan, merumuskan, dan mengemukakan sendiri jawabannya. lni berarti
peserta didik tidak memilih jawaban, akan tetapi memberikan jawaban dengan
kata-katanya sendiri secara bebas. Tes esai dapat digolongkan menjadi dua
bentuk, yaitu tes esai jawaban terbuka (extended- response) dan jawaban
terbatas (restricted-response) dan hal ini tergantung pada kebebasan yang
diberikan kepada peserta didik untuk mengorganisasikan atau menyusun ide-idenya
dan menuliskan jawabannya. Pada tes esai bentuk jawaban terbuka atau jawaban
luas, peserta mendemonstrasikan kecakapannya untuk:
1. menyebutkan pengetahuan factual
2. menilai pengetahuan faktualnya,
3. menyusun ide-idenya, dan
4. mengemukakan idenya secara logis dan
koheren.
Asesmen terbatas dan esai dapat dijadikan sebagai alternatif
asesmen. Dalam prosesnya, unsur subjektif dalam asesmen terbatas dapat mengukur
kemampuan siswa tingkat tinggi karena menilai seluruh tingkat kognitif siswa
dalam proses pembelajaran. Sedangkan unsur objektif, dapat mencegah pemberian
nilai siswa yang dipengaruhi oleh kecakapan menulis, mengeja, serta kerapian
tulisan. Kemudian, asesmen esai bisa digunakan oleh pendidik untuk mengukur hasil belajar pada
tingkatan yang lebih tinggi atau kompleks. Butir tes esai memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk menyusun, menganalisis, dan mensintesiskan ide-ide,
dan peserta didik harus mengembangkan sendiri buah pikirannya serta
menuliskannya dalam bentuk yang tersusun atau terorganisasi. Oleh karena itu,
pendidik terbantu oleh asesmen tersebut untuk mengukur semua tingkat kognitif
siswa.
Rujukan :
Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Bahriah, EP. (2012). Asesmen
Respon Terbatas. [Online]. Tersedia: https://evisapinatulbahriah.wordpress.com.
[2012].
Basuki, S. dan Hariyanto. (2014). Asesmen Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sirajuddin,
M. (2014). Bagaimana Asesmen Bagi guru dan Siswa Secara Holistik. [Online].
Tersedia: http://1989maradonasirajuddin2013.over-blog.com. [2014].
Suardita, I. (2014). Makalah
Asesmen Autentik. [Online]. Tersedia: http://iputusuardita.blogspot.com.
[2014].
No comments:
Post a Comment