Thursday 25 August 2011

karmapala mahabarata

Adipati Karna


Kerajaan Astina sedang mengalami malapetaka, tapi malapetaka ini hanya diketahui oleh sebagian keluarga kerajaan saja. Sang Maha Raja Astina Prabu Destrastra sedang sakit parah dan diprediksi akan mengakibatkan kematian bagi sang raja. Yang mengetahui perihal kejadiaan ini hanya permaisuri sang raja yaitu Gandarita dan Sengkuni saja. Namun bukannya mencari cara bagaimana caranya menyembuhkan sang raja malah mereka asyik membicarakan rencana kedepannya siapa kelak yang akan menggantikan sang raja di tapuk kepemimpinan. Terlintas di benak mereka untuk menguasai kerajaan Astina tapi satu-satunya cara agar mereka para Korawa berkuasa adalah dengan menghancurkan para Pandawa karena yang berhak memegang tahta kalau sampai Prabu Destrstra wafat adalah Pandawa Lima.

Apa hendak dikata tanpa diduga ternyata niat buruk Permaisuri Dursilawati dan Sengkuni tanpa sengaja didengar oleh Dursilawati, walaupun Dursilawati berasal dari keturunan Korawa tapi dia tidak memihak salah satu pihak tapi menginginkan kedua-duanya rukun. Maka di hadapan Raden Bisma, Arya Widura dan Dewi Kunthi Dursilawati melaporkan akan apa yang telah ia dengar dari pembicaran Permaisuri Dursilawati dan Sengkuni dan memohon agar pembicaraan ini tidak diketahui oleh para Korawa. Merekapun sangat kaget mendengar hal itu dan seselesainya pertemuan itu mereka bertiga tanpa diikuti oleh Dursilawati langsung menuju ke kediaman Prabu Destrastra berniat untuk menjenguknya. Soal rencana jahat Permaisuri Dursilawati dan Sengkuni mereka pura-pura tidak tahu saja dan seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Ketika  Raden Bisma, Arya Widura dan Dewi Kunthi datang menengok Prabu Destrastra kontan saja hal itu membuat kaget Permaisauri Gandarita dan Sengkuni kaget, “Dari mana mereka tahu sang prabu sedang sakit” gumam Sengkuni. “Pasti ada yang melaporkan rahasia ini” tapi kecurigaan itu tidak berlanjut karena ucapan sang Permaisuri Gandarit “Wajar saja Sengkuni kalau para Pandawa tahu karena bagaimanapun sakitnya sang raja adalah malapetaka bagi Astina pasti bukan hanya kita yang mengetahui hal ini apalagi jarak antara kediaman mereka para Pandawa dengan kerajaan Astina tidak terlalu jauh”.

Seusai menengok sang raja para tetua Pandawa yaitu Raden Bisma, Arya Widura dan Dewi Kunthi di kediaman Pandawa kembali membincangkan soal rencana jahat permaisuri Gandarita dan Sengkuni untuk menghancurkan Pandawa Lima. Raden Bisma memulai pembicaraan ini dengan ucapannya “Sengkuni memang harus kita waspadai, masih segar dalam ingatan kita soal kejadian memalukan sengkuni yang mengkhianati Gandamanah demi posisi sebagai Mahapati Astina ketika kerajaan Astina masih diperintah Prabu Pandudewanata. Ketika itu Sengkuni melaporkan kepada sang prabu bahwa Gandamanah telah gugur dalam peperangan, tapi disaat pelantikan Sengkuni sebagai Mahapati sedang dilaksanakan dengan tiba-tiba Gandamanah datang dan langsung menghajar Sengkuni sembari memberitahukan pada khalayak bahwa kejadian sebenarnya Gandamanah bukan mati dalam peperangan akan tetapi dia berusaha dibunuh dengan cara dikubur hidup-hidup oleh Sengkuni untung saja dia dapat menyelamatkan diri. Sayangnya Sengkuni tidak sampai mati dihajar Gandamanah keburu dilindungi oleh sang prabu”.

Di tempat lain para Korawa sedang asyik membicarakan perihal rencana busuk untuk menghancurkan para Pandawa. Mereka berkesimpulkan satu cara untuk menghancurkan Pandawa adalah melalui pertolongan Begawan Durna, mereka yakin Begawan Durna sangat mahir dalam menyusun siasat jahat dalam menghancurkan Pandawa.

Ternyata usaha para Korawa tidaklah sia-sia karena Begawan Dorna yang mereka percaya mampu memberikan suatu ide yang dari ide itu diharapkan Pandawa akan kalah, yaitu dengan mengadakan adu keahlian satu lawan satu. Pertarungan itu diadakan di suatu arena pertandingan dimana dalam arena itu setiap pertandingan hanya ditempati oleh satu perwakilan dari Pandawa dan satu perwakilan dari Korawa, yang setiap babaknya saling mengadu keterampilan peralatan perang yang berbeda dari mulai gada, pedang hingga memanah.

Memang kedengarannya menarik dan tentunya hal ini bagi para Pandawa akan sangat menguntungkan karena mereka yakin dapat mengalahkan para Korawa walaupun sebenarnya mereka agak kurang setuju karena akan mengakibatkan ada pihak yang kalah dan ditakutkan akan menimbulkan api dendam dan persaudaraan merekapun akan renggang. Tapi apalah hendak dikata ini semua merupakan titah dari sang guru yang pantang untuk tidak dilaksanakan, karena titah sang guru adalah “Sabda Pandita Ratu”.

Di sisi yang berbeda walaupun pihak Korawa tahu kalau dalam pertarungan adu keterampilan senjata perang satu lawan satu mereka akan kalah tapi justru mereka berpesta-pesta karena sebenarnya mereka pikir pasti menang mengingat dalam pertarungan nanti Korawa siap dengan tipu daya kelicikannya.

To be continue…


No comments: